Perkembangan motorik anak berkembang
sejak dalam kandungan ibu. Kemudian semakin pesat berkembang setelah janin
dilahirkan. Perkembangan motor (motor
development) menurut Muhibin Syah (2008;60) merupakan proses perkembangan
yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik
anak (motor skills).
Tahap
perkembangan psikomotor menurut pandangan hotistik dalam tabel perkembangan
yang terdapat pada buku Human Development
(Papalia, Old dan Feldman, 2009) sejak masa lahir hingga dewasa adalah :
§ Usia lahir
sampai 1 bulan (Neonatal)
Bayi pada
usia ini tidur sepanjang hari; membangun siklus tidur-bangun. Seluruh indra
berkembang secara sangat cepat.
§ Usia 1-6
bulan
Pada usia
tersebut bayi mulai meraih dan menggenggam berbagai objek, mengangkat dan
menolehkan kepalanya, bisa berguling-guling serta merangkak atau merayap.
§ Usia 6-12
bulan
Bayi mulai
duduk tanpa adanya penopang, berdiri sambil dipegangi, kemudian bisa berdiri sendiri. Kemudian selanjutnya
bisa melangkah untuk pertama kalinya.
§ Usia 12-18
bulan
Anak sudah
bisa berjalan dengan baik. Selain itu pada usia ini anak mampu mendirikan
menara dari balok.
§ Usia 18-30
bulan
Saat usia
18-30 bulan anak dapat berjalan tegak dan mulai mencorat-coret tanpa arti.
§ Usia 30-36
bulan
Biasanya
pada usia ini anak dapat melompat.
§ Usia 3-4
tahun
Anak dapat
menyalin bentuk-bentuk dan menggambar desain. Selain itu anak dapat menuangkan
cairan, makan dengan perangkat makan dan menggunakan toilet sendiri. Meskipun
belum mandiri anak biasanya dapat menggunakan baju dengan bantuan.
§ Usia 5-6
tahun
Pada usia tersebut
anak dapat turun tangga,melompat, berjingkrak dan mengubah arah. Selain itu
anak dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu.
§ Usia 7-8
tahun
Keseimbangan
dan control tubuh pada usia ini meningkat. Selain itu kecepatan dan kemampuan
melempar meningkat.
§ Usia 9-11
tahun
Ketika anak
mencapai usia ini, rata-rata anak perempuan mulai menunjukkan perubahan
pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat.
§ Usia 12-15
tahun
Rata-rata
anak laki-laki pada usia ini mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian
pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat.
§ Usia 16-20
tahun
Pada usia
ini mengiringi masa pubertas, sistem penentu sirkadian dan ritme biologis
beralih, mempengaruhi siklus tidur-bangun.
Tahap perkembangan psikomotor dari
lahir hingga 16 bulan menurut Santrock (2007:128) dalam “Life Span Development” dapat dilihat dari diagram berikut ini :
TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA
Pada saat
seorang bayi terlahir di dunia, ia sudah diciptakan dengan milliaran jaringan sel
otak yang sangat luar biasa. Hal ini menjadi pondasi penting bagi perkembangan kognitifnya
kelak. Perkembangan kognitif (cognitive
development) dalam buku Human
Development (Papalia, Old dan Feldman, 2009;12) didefinisikan sebagai suatu
pola perubahan dalam kemampuan-kemampuan mental, seperti; belajar, perhatian,
ingatan, bahasa, berpikir, penalaran dan kreativitas.
Sedangkan menurut
Muhibin Syah (2008;60) dalam bukunya “Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru” perkembangan Konitif (cognitive development) adalah
perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan
otak anak.
Selain itu menurut Desmita (2009),
perkembangan kognitif adalah
salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan,
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sehingga kemampuan kognitif dapat dipahami
sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah.
Menurut
Piaget berbagai perubahan kualitatif pada pikiran muncul antara masa bayi dan
masa remaja (dalam Papalia, Old dan Feldman, 2009;42). Berikut ini beberapa
teori tahap-tahap perkembangan kognitif sejak lahir hingga remaja menurut
tokoh-tokoh, yaitu antara lain ;
I. Tahap
Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
1. Masa Sensori Motor (0-2 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem
pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan
reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks
misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi
menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto,
2008:24)
Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam
periode, yaitu :
a. Refleks (umur 0-1 bulan)
Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,
spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan.
Contoh: refleks menangis, mengisap,
menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.
b. Kebiasaan (umur 1-4
bulan)
Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba
dan mengulang-ulang suatu tindakan.
Contoh: seorang bayi mengembangkan kebiasaan
mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu
pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan
kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.
c. Reproduksi kejadian yang
menarik (4-8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah
dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
Misalnya seorang bayi diletakkan diatas
ranjang dan diberi mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat
ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang.
Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama.
d. Koordinasi skemata
(8-12 bulan)
Seorang bayi mulai membedakan antara sarana
dan hasil tindakannya.
Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi
letaknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya
untuk menggapai mainan tersebut.
e. Eksperimen (12-18 bulan)
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.
Contoh: anak diberi makanan yang diletakkan di
meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.
f. Representasi
(18-24 bulan)
Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan
koordinasi internal dalam gambarannya.
Misal: Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia
tidak berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi
di sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak
melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti
apabila penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakang pintu
tersebut, meskipun ia tidak melihat.
Berikut ini table sub tahapan sensorimotor
menurut Piaget dalam buku Life Span
Development (Santrock, 2007 ; 149 ) :
2. Masa Pra-Operasional (2-7
tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak
menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Misal, seseorang anak yang
pernah melihat dokter berpraktek, akan dapat bermain “dokter-dokteran”
(Sunarto, 2008:24).
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap
praoperasional dalam dua bagian:
1.
Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh
perkembangan pemikiran logis
Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda”
dengan “indeks” dan sinyal.dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan
antara objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri misalnya anak
bermain pasar pasaran dengan uang dari daun.”daun”di sini sebagai tanda
,sedangkan “uang”adalah yang di tanda kan.dalam kenyataan daun dan uang tidak
sama.dalam pengertian”indeks” dan “sinyal” tidak di bedakan antara tanda dan
objek yang di tandakan.
Piaget juga membedakan antara “simbol”
dan “tanda”. Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang di
simbolkan seperti gambaran dan bayangan . tanda lebih merupakan sembarang benda
yang di guna kan tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan.
2. Umur
4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif
Menurut piaget (1981) pemikiran anak pada umur
4 -7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia
berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional .
tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami oprasi yang
tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran
intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil
keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirif dengan tahap
sensorimotor
Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung
akan dunia luar tetapi tanpa di nalar terlebih dahulu. kelemahan pemikiran ini
adalah bahwa pemikiran nya searah
(centred) dimana anak hanya dapat melihat dari
satu segi saja.dalam pemikiran ini anak belum dapat melihat pluralitas gagasan
tetapi hanya satu persatu. apabila beberapa gagasan di gabungkan pemikiran anak
menjadi kacau. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir decentred yaitu melihat berbagai segi dalam satu kesatuan.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11
tahun)
Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi
konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang
kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
4. Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa)
4. Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa)
Menurut Piaget ketika tahap ini remaja
memasuki level tertinggi perkembangan kognitif. Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang,
mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa (dalam Human Development, Papalia, Old,
Feldman, 2008;554).
Selain itu pada tahap ini individu
dapat berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan
berpikir mengenai berbagai kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat
berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari
apa yang diamati saat itu.
II. Tahap
Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky
Vygotsky
memberikan pandangan berbeda dengan Piaget terutama pandangannya tentang
pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak. Vygotsky memandang pentingnya
bahasa dan orang lain dalam dunia anak-anak.
Vigostsky
mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi
sosio-kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara
tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat
perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap, yaitu :
1. More
dependence to others stage, yaitu tahapan kinerja anak
mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang
tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul
model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak
secara konstruktif.
2. Less
dependence external assistence stage, pada tahapan ini kinerja anak
tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih
kepada self assistance, lebih banyak
anak membantu dirinya sendiri.
3. Internalization
and automatization stage, tahap ini menunjukkan kinerja
anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya
pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang
lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum
mencapai
kematangan yang sesungguhnya dan
masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
4. De-automatization
stage, ketika anak memasuki tahap ini maka mereka akan mampu
mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara
berulang-ulang, bolak-balik, recursion.
Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
Berikut alur tahap perkembangan menurut Vygotsky untuk
mendeskripsikan bagaimana anak berkembang dari tahap kapasitasnya mulai berfungsi
hingga masa perkembangan lanjutan :
III. Tahap
Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Holistik
Beberapa tahap perkembangan
kognitif sejak lahir sampai remaja dari pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia, Old,
Feldman, 2009) adalah :
* Neonatal
(lahir sampai 1 bulan)
Tahapan sensorimotorik dimulai. Bayi dapat belajar sesuai
pengkodisian atau pembiasaan. lebih banyak memperhatikan rangsangan baru
daripada yang sudah dikenal.
* Usia 1-6
bulan
Bayi mengulang berbagai perilaku yang menghasilkan
kesenangan, mengoordinasikan informasi sensoris dan dapat mengulag sebuah
tindakan yang telah dipelajari jika diingatkan konteks yang asli.
* Usia 6-12
bulan
Mulai melibatkan dirinya pada perilaku-perilaku yang
bertujuan, dapat membedakan seperangkat objek kecil dan memperlihatkan
penundaan untuk meniru dan mencoba perilaku yang telah dipelajari.
* Usia 12-18
bulan
Bayi mulai memahami hubungan sebab akibat, melibatkan diri
dalam permainan yang bersifat membangun serta mecari objek-objek yang terakhir
dilihat pada tempat yang tersembunyi.
* Usia 18-30
bulan
Batita menggunakan representasi mental dan symbol-simbol,
dapat mencapai kepermanenan objek, dapat membentuk konsep dan pengelompokan,
ingatan episodic muncul serta dimulainya tahap praoperasional.
* Usia 30-36
bulan
Pada usia ini anak dapat menghitung, mengetahui kata-kata
warna dasar, memahami perumpamaan mengenai benda-benda yang dikenal serta dapat
menjelaskan hubungan sebab akibat yang dikenali.
* Usia 3-4
tahun
Anak memahami simbol, dimulainya ingatan otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang), melibatkan diri
dalam permainan pura-pura, dapat menghitung menggunakan seluruh angka dan
memahami kualitas yang terpecah-pecah.
* Usia 5-6
tahun
Teori pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan, serta mulai lebih efisien dalam mengode,
menggeneralisasi dan membangun strategi.
* Usia 7-8
tahun
Pada usia ini tahap operasi konkret dimulai, anak memahami
sebab akibat, seriasi, penyimpulan transitif, inklusi kelas, penalaran induktif
dan konservasi. Selain itu pemrosesan lebih dari satu tugas pada saat yang sama
jadi lebih mudah.
* Usia 9-11
tahun
Kemampuan untuk mempertimbangkan banyak sudut pandang
meningkat dan berbagai strategi ingatan meningkat.
* Usia 12-15
tahun
Remaja bisa mencapai tahap operasi formal; penggunaan
abstraksi dan penalaran deduktif-hipotetis, rintangan ingatan meluas menjadi
enam digit.
* Usia 16-20
tahun
Kemampuan menggunakan penalaran deduktif-hipotetis meningkat
dan basis pengetahuan terus tumbuh.
TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA
Bagaimana kondisi ibu saat hamil
sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak yang akan dilahirkan. Kemudian
ketika lahir hal itu berkembang dan dipengaruhi oleh bagaimana kondisi
lingkungannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh John Locke, seorang filsuf
Inggris bahwa anak kecil seperti sebuah tabula
rasa, seperti sebuah “batu tulis yang kosong” dimana masyarakat
“menulisnya” (dalam Human Development, Papalia,
Old dan Feldman, 2009;41). Setiap individu memang memiliki sifat bawaan serta
kontrol pribadi yang menjadi kekuatan untuk mengendalikan emosi, namun dalam
perkembangannya emosi cukup signifikan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu
lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan teori Albert Bandura yang mengedepankan
terbentuknya perilaku berdasarkan proses modeling.
Definisi perkembangan emosi dalam
buku Life Span Development (Santrock, 2007 ; 179) dikatakan
sebagai berikut :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi
didiskripsikan sebagai suatu perasaan atau suasana hati yang terjadi ketika
seseorang berada di suatu tempat atau sebuah interaksi yang penting, terutama
yang mempengaruhi kebahagiaannya. Dalam berbagai bentuk emosi sangat
mempengaruhi bagaimana individu berkomunikasi dengan dunianya. Meskipun emosi
tidak hanya termasuk dalam suatu komunikasi, di masa anak-anak komunikasi
merupakan hal penting yang mendahului munculnya emosi (Campos, 2009).
Ahli psikologi mengklasifikasikan emosi dalam beberapa cara,
namun hampir semua klasifikasinya dikategorikan dalam emosi positif dan
negative (Izard, 2009). Emosi positif termasuk semangat/antusiasme, kebahagiaan
dan cinta. Sedangkan emosi negative mencakup kecemasan, kemarahan, rasa
bersalah dan kesedihan.
Beberapa pendapat tahap perkembangan emosi antara lain adalah
:
Ø Tahap
Perkembangan Emosi Menurut Erick Erikson
Menurut Erikson tahap perkembangan
emosi lebih bersifat psikososial. Erikson membagi tahap perkembangannya dalam
delapan tahap sepanjang rentang kehidupan. Adapun tahap-tahap perkembangan
sejak lahir sampai remaja hanya terdiri atas lima tahap (dalam Human Development, Papalia, Old,
Feldman, 2009 ; 46) yaitu :
- § Basic trust versus Mistrust (dari lahir sampai 12-18 bulan)
Bayi
mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan aman.
Kekuatan : harapan.
- § Autonomy versus shame and doubt (12-18 bulan sampai 3 tahun)
Anak
mengembangkan keseimbangan antara kemandirian serta kemampuan mencukupi
kebutuhan diri dengan rasa malu dan ragu. Kekuatannya adalah kehendak.
- § Initiative versus guilt (3 sampai 6 tahun)
Anak
mengembangkan inisiatif ketika mencoba berbagai kegiatan baru dan tidak
diliputi rasa bersalah. Kekuatan : tujuan.
- § Industry versus inferiority (6 tahun sampai pubertas)
Anak harus
belajar berbagai keterampilan budaya atau menghadapi berbagai perasaan tidak
mampu. Kekuatan: keterampilan.
- § Identity versus identity confusion (pubertas sampai dewasa muda)
Remaja
harus menentukan kediriannya sendiri (“Siapakah saya?”) atau mengalami
kebingungan mengenai beberapa peran. Kebajikan : kekuatan.
Ø Tahap
Perkembangan Emosi Menurut Pandangan Holistik Psikologi Perkembangan
Sebuah pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia, Old dan
Feldman, 2009) mendiskripsikan tahap-tahap perkembangan emosi sejak lahir
hingga remaja sebagai berikut :
- · Neonatal (lahir sampai 1 bulan)
Ketika baru
lahir, menangis menjadi tanda emosi-emosi negative, sedangkan emosi-emosi
positif lebih sulit untuk diketahui.
- · Usia 1-6 bulan
Bayi mulai
tersenyum dan tertawa ketika berespon terhadap orang dan penglihatan atau suara
yang tidak terduga. Kepuasan, minat dan kesedihan adalah pertanda dari
emosi-emosi yang lebh terdiferensiasi.
- · Usia 6-12 bulan
Pada saat
usia ini, emosi-emosi dasar mulai muncul seperti; gembira, terkejut, sedih,
jijik dan marah.
- · Usia 12-18 bulan
Saat usia
ini, emosi berdiferensiasi dan referensi sosial muncul. Selain itu mulai adanya
tahapan dini untuk berempati.
- · Usia 18-30 bulan
Emosi-emosi
mengevaluasi diri sendiri (malu, iri, empati) serta tanda-tanda rasa dan
bersalah muncul. Selain itu pada usia tersebut juga mulai muncul negativism dan
emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri.
- · Usia 30-36 bulan
Anak
menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam ‘membaca’ emosi, keadaan mental dan
maksud orang lain.
- · Usia 3-4 tahun
Pada usia
tersebut, negativism mencapai puncaknya, temper
tantrum biasanya mulai muncul. Selain itu anak sedikit terlihat adanya
kesadaran akan kebanggaan dan rasa malu.
- · Usia 5-6 tahun
Negativisme
mulai menurun dan anak mengenali rasa bangga dan malu kepada orang lain, tetapi
tidak pada diri sendiri.
- · Usia 7-8 tahun
Ketika usia
7-8 tahun ini, anak mulai menyadari rasa bangga dan malu mereka.
- · Usia 9-11 tahun
Pada usia
ini pemahaman dan pengaturan emosi meningkat. Anak memahami perbedaan rasa
bersalah dan malu dengan baik.
- · Usia 12-15 tahun
Mood menjadi semakin sering berubah;
bisa meliputi perasaan malu, kesadaran diri, kesepian dan depresi.
- · Usia 16-20 tahun
Perubahan mood semakin berkurang dan intens.
Selain itu individu makin mampu mengungkapkan emosinya sendiri dan memahami
perasaan orang lain.
Jika Anda menemukan hal yang tidak normal atau mendapatkan kesulitan / hambatan pada tumbuh kembang seseorang...sebaiknya konsultasikan pada dokter tumbuh kembang anak atau psikolog supaya mendapatkan bantuan sejak dini. Deteksi sejak awal dan pertolongan yang tepat akan dapat membantu tumbuh kembang yang lebih baik.
"Setiap individu adalah makhluk spesial yang berhak mendapatkan perlakuan istimewa...dan sudah seharusnya kita semua peduli..."
*Semoga Bermanfaat....*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar